"Dekati seseorang dan jadikan dia kawan yang akrab. Dukung selalu keinginannya, beri motivasi bahwa ia selalu punya harapan dan perlakukan dia sebaik-baiknya. Tanya selalu kabarnya setiap akan memulai hari. Pisahkan dia dari semua orang terdekat yang dia miliki. Jadilah orang yang penting dalam hidupnya. Lalu suatu hari tanpa sebab menghilanglah. Seminggu kemudian katakan bahwa kamu muak padanya. Katakan bahwa kamu sebenarnya melakukan semua ini pura-pura. Katakan kalimat terburuk dan paling menyakitkan di dunia. Jangan lupa bilang ke dia kalau selama ini perkataanmu cuma kebohongan yang sebenarnya adalah lawan dari itu semua. Dia tak punya harapan apalagi masa depan. Dia adalah manusia paling gagal yang kamu kenal. Bandingkan ia dengan contoh manusia yang paling ideal. Apakah itu sudah cukup? Belum. Beri pertunjukan terakhir. Tampilkan kegembiraanmu bersama orang yang baru dan bersikaplah seperti orang asing padanya. Setiap dia bicara potonglah ucapannya, jatuhkan mentalnya, dan singkirkan dia dari semua pergaulan. Buatlah semua orang membencinya dan mengasingkannya. Kau sudah membuatnya jatuh serendah-rendahnya. Dia hanya akan memiliki dua pilihan saja: hidup dengan depresi atau mengakhiri semuanya. "
Yang aku katakan hari ini adalah kisah nyata yang sering dilupakan. Banyak orang depresi sampai bunuh diri dianggap hanya karena persoalan sepele: tidak selesai skripsi, belum dapat pekerjaan, percintaan gagal, keluarga, dll. Padahal yang terjadi sebenarnya ialah mereka kerap teralienisasi di lingkungan mereka sendiri. Orang-orang di sekitarnya tanpa sadar melakukan sebagian cerita di atas, entah mengabaikan, menjatuhkan, mengucilkan, dan merusak diri mereka pelan-pelan. Tidak semua orang kuat melewati pengalaman pahit dan mengerikan ini. Ada yang terlihat kuat, padahal di dalamnya sangat rapuh. Ada yang kelihatannya baik-baik saja, tapi di dalamnya sudah rusak. Betapa sering kita dirusak atau mungkin pernah merusak